Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Konsep Hidup dan Kapitalisme

Pemain sepakbola kita tidak memiliki konsep bermain yang jelas.  Ini berbeda dengan tim luar negeri dimana kolektivitas bermain tim yang baik, sistematis, dll. -ucapan seorang komentator sepakbola Indonesia dalam final piala AFF 2016. Kemudian aku terangsang untuk berfikir dengan apa yang dimaksud komentator tersebut, "konsep bermain" dan kucoba bandingkan dengan "kebiasaan strukturil". Yang kumaksudkan adalah sebuah pola, sistem, budaya atau struktur dimana individu hanyalah bagian saja dari semesta yang ia diami. Sepenuhnya aku percaya dengan ucapan komentator itu, bahwa selama ini pemain kita terbiasa asal membuang bola ke depan dan berharap keberuntungan bola nyangkut pada teman. Kemudian juga kebiasaan menggiring bola dan menunjukkan skill individu, dan kebiasaan lain. Bola adalah permainan yang menunjukkan gejala kulturil massa sehari-hari. Ia bak cermin kehidupan massa sehari-hari, yang kebanyakan hidup kemudian menunggu rangsangan datang saja. Kita tidak ...

Relativisme Kultural : Anti-Marxis?

Seorang teman bercerita di warung kopi tentang keadaan lingkungan di lokasi isterinya yang beradat baginya 'nyeleneh'. Ia melamukan perbandingan dengan apa yang ia alami di desanya, baik soal adat menikah, mistik, bahkan beribadah. Dalam pikirannya, adat di rumah isterinya sangat kaku dan deso. Kemudian aku berfikir juga tentang bagaimana Ruth Bennedict yang menulis tentang tradisi Jepang dimana samurai dan bunga seroja adalah sesuatu yang eksentrik, dimana tradisi dan simbolisasi ini merupakan sesuatu yang secara mikroskopis benar. Dari dua orang ini aku menarik perbandingan bahwa, meskipun level akademisnya berbeda, mereka berdua mewakili tradisi relativisme kultural. Bahwa temanku yang menilai orang Wonogiri dan Bennedict yang memotret budaya Samurai, sama-sama memberikan penilaian tentang budaya tak dilihat dari bagaimana konteks ekopol yang berlaku di suatu wilayah.

Marxisme dan Refleksi Geopolitik Indonesia

Tiba-tiba ada keinginan  menulis dengan judul ini. Keinginan menulis ini barangkali muncul oleh sebab kuhidup dalam lingkungan Mataram yang darat-sentris, sementara kubaru saja membuat ensiklopedia kelautan yang berjudul,"Ensiklopedia Maritim". Barangkali tulisan ini hanya refleksi yang tak punya bobot apapun atau pretensi tertentu. Saya hanya mengharap akan ada 'loncatan ide', dari tulisan ini. Baiklah harus kita akui bahwa manusia Indonesia berasal dari dua garis yang berbeda seperti dikonsepkan oleh Alfred Wallace beberapa tahun lalu, yakni sebagian melayu dan sebagian austronesia.  Satu hal bahwa kita berasal dari daratan yang kemudian pecah secara geografis dan kemudian membuat kita secara ide dan lain-lain berbeda. Kemudian kondisi geografis ini tentu bukan sesuatu yang baik karena provinsi, bangsa atau lainnya membuat kita mudah diadu domba. Dengan alasan wilayah kita telah menjadi hitam dan putih yang tak bisa sama. Kenapa bangsa Indonesia juga ada bangsa Ja...

Mendedah Pernikahan dalam Kapitalisme

Aku telah menemui perempuan-perempuan yang bisa kucintai atau telah kucintai. Sementara dalam hukum manusia sebagai laki-laki aku harus memilih satu untuk dijadikan isteri. Aku pimir ini lucu, meski kadang juga ingin kumenjalin relasi dengan mereka berharap salah satunya akan kuperisteri. Hidup disanding kapitalisme dengan hukum-hukumnya berarti mengenali bagaimana lekuk-liuk dimana kita harus mencoba bersikap. Permodalan yang kuasa juga telah menguasai hubungan laki dan perempuan sebagai relasi ekonomi. Cinta laki-laki dan perempuan telah terdeterminasi di bawah sistem ini. Ini seringkali tidak kita sadari. Uang dan kepemilikan modal adalah prasyarat dimana relasi kuasa dan politik hubungan cinta terjalin. Properti dan kepemilikan kemudian adalah material yang menjadi ukuran seberapa mungkin mereka berkuasa atas orang lain/pasangan. Semakin kuat dan monopolis seseorang berelasi dalam kerangka kepemilikan ini, semakin dominan seseorang dapat mengarahkan hubungan cintanya mau kemana. ...

Selemah-lemahnya Kepercayaan.

Kesalehan yang halus tanpa kerikil perlu dicurigai. Kesalehan justru perlu dipelihara dan hanya mungkin lestari dengan merawat wajah bopeng agar tahu bahwa hidup ini ibarat dua keping uang logam. Yang mengaku moderat adalah yang memahami seluk beluk sehingga mampu melakukan kritisisme dan terus berdialektik dengan perlakuan halus dan kasar. Dan moderasi hanya mungkin sukses manakala dua sisi itu tidak hanya diketahui, tapi juga dipraktikkan.

Boueorgeuis Democracy and the Lobbyist Gang

End of Orde Baru era, liberalism economic system heading bankruptcy by falling rupiah and highest dollar value in international money bursa. The economic crisis makes the people live in poor and poverty condition. The bad economic conditions orbiting mass demonstrations by youth and scholar. At Jakarta and other city, they want a new changes in leadership state structure and called reformation movement. The reformation movement won their wants. After General Soeharto end his imperium at 1997/1998, today Indonesia is starting to enjoy democracy system. At this, i want clearing that the democracy after Soeharto isn't a clear democracy, but the boueorgeuis democracy. It signed by many new non-governmental organization, army barracked, corporate rulling the life, and free election. Political System After Soeharto And then, in this article i will explaining how the end of Soeharto era makes impact on political system . First is, end of monopoly of winner at election by Golkar that ...

Manusia Goblok dan Realitas yang Membentuknya

Otak manusia diciptakan sama dengan yang lain dalam potensi berkembang dan kecerdasannya. Hanya saja, hidup telah menemukan kita dengan fakta jika ada manusia yang bodoh dan tidak sanggup untuk berfikir. Kenyataan kondisi ini tentu sesuatu yang perlu bagi kita untuk mempertanyakan lebih lanjut, dalam kondisi seperti apa seorang manusia itu lahir dan berkembang. Kalau boleh dipercaya bahwa keberadaan fasilitas yang menunjang bagi perkembangan seorang individu untuk mandiri adalah sesuatu yang mutlak bagi munculnya generasi yang cerdas, desa tentu kurang dari fasilitas macam tadi. Meskipun sarana-sarana kota ala barat kemudian telah diadopsi seperti dengan mulai masuknya listrik, teknologi dan semacamnya namun hal tersebut tidak menstimulasi kapasitas berfikir anak-anak desa. Nah, kebodohan struktual ini bisa di dekati dari dua pendekatan. Pertama adalah pendekatan ala mazhab kritis dan kedua adalah pendekatan dengan corak materialis. Kedua paradigma ini adalah pilihan yang bisa jadi ...

Terluka Akhir Pekan

Dan setiap kita jauh dari peluk-cium disulap menjadi luka biru lebam. Senyumku kecut saat kau memandangiku dalam tanya. Tertawa kalian di akhir pekan sebelum liburan membunuhmu dalam kesepian terasing... Ooh Traveling.. Dijauhkan kau dari mengenali dirimu. Dari nilai keberadaan yang setiap orang perlu bawa jelang mati. Anak dan orang tua yang lain berpestapora dalam liburan.. seakan fixed? Oh tidak Kita yang merdeka.. Setia dalam kesepian dan memeluknya erat, semakin erat. Bandungan, Mei 2016

Nikah Muda, Ekonomi dan Perceraian

Menikah bukan soal cepat punya anak. Menikah adalah soal mencapai kebahagiaan dengan pasangan. Kebahagiaan salah satunya adalah kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan. Yah.. kebutuhan yang kebanyakan erat terkait dengan uang. Masalahnya kebanyakan anak muda tak pernah berfikir lebih jauh selain kawin muda dan punya anak setelah sekolahnya terhenti. Seperti merokok yang kemudian membuat seorang anak muda mau mikir cari kerjaan, nikah muda seringkali diawali daei media luar yang tak dianalisa dan internalisasi selain, ditiru saja tanpa melihat situasi.

Menulis Sekali Lagi

Buku dalam kerja menulis berfungsi sebagai instrumen perangsang dimana sebuah karya tulis akan semakin memiliki landasan yang kokoh. Semakin banyaknya referensi kita akan merasa bahan-bahan tulisan yang sebelumnya gelap lebih mudah dibuka. Dari semakin banyak informasi di buku penguasaan atas suatu topik dapat kita rangkum. Logika kitapun akan mudah tertata tinggal merangkai satu fakta dengan fakta yang lain. Sementara itu, kerja-kerja akan semakin berat manakala referensi dan sumber sangatlah minimal. Sementara target menambah halaman perlu menuliskan satu dua paragraf pendek. Barangkali proses ini akan memakan waktu yang lebih lama dari tulisan dengan referensi yang cukup atau tema yang kita kuasai. Dua hal di atas, adalah sebuah proses yang tidak mudah dan panjang dalam mewujudkan diri menjadi penulis yang mahir. Membaca dan membaca kemudian menuliskannya. Komitmen pada tulisan, terus berusaha mencari referensi dan tak bosan menambah paragraf demi paragraf setiap hari bagaimanap...

Penulis dan Hibernasi

Gambar
Lalu aku menepi pada dinding-dinding perpustakaan dengan luas koleksi buku, para pekerja dan pengunjung yang membaca. Aku akan menepi dan memilih bergaya hidup seperti ini selama beberapa hari. Barangkali satu bulan, sampai dengan kelima buku itu jadi. Konsekuensinya adalah, aku mencerabut diri dari lingkungan dengan tetek bengek permasalahan. Mencurahkan waktu pada bacaan, memahami tulisan, merefleksikan pada kenyataan, mengolah kata-kata dan menuliskannya dalam bab, subbab dan paragraf-paragraf.  Tentang Penulis Aku akan menulis dan karena itu mungkin aku jadi penulis....  Tiba-tiba aku mengingat tentang betapa menjijikannya penulis yang obsesif seperti anak-anak muda yang merasa telah ada dalam dalam tulisannya yang imajinatif, namun menurutku kosong secara isi ; tanpa perspektif, tanpa rasionalitas, tak ketat secara logika dan hanya panjang secara jumlah. Menulis apakah kemudian hanya menghasilkan tulisan yang terlepas dari soal keulitas? Menulis bagiku adal...

Menilai Sebuah Tulisan

Sebuah tulisan lahir melalui proses kreatif masing-masing. Saat teknologi memungkinkan teks mudah dibuat sangat gampang, teks dibuat dan diketik oleh baik penulis terkenal, atau amatiran. Hari-hari ini semakin mudah kita akses hasil tulisan baik berupa cetak atau digital. Dalam memperoleh informasi bahkan setiap detik, menit dan jam, tulisan seperti ide yang berhamburan di sekitar kita dari gadget, televisi, radio, koran, bahkan dari pal listrik samping rumah.   Para penulis mungkin sekali muncul kapan dan dimana saja secara cepat. Tapi, betulkah semua penulis dan informasi itu sama secara kualitas? Tentu tidak, semua informasi sangat tergantung pada sumber informasi. Kita perlu berhati-hati dalam menilai dan arti penting tulisan itu. Karena, kita semua adalah obyek sekaligus subyek, pembaca sekaligus penulis dari tulisan. Tulisan yang ada saat-saat ini menuntut kita jeli dalam menilai sebuah tulisan. Tulisan baik artikel, esai, novel, cerpen atau apapun bentuknya. Satu...

Keberadaanku dan Ide-ide

Apa yang ingin dapat selalu kulakukan seharian adalah membaca buku kemudian menuliskannya dalam kata-kataku sendiri. Dari ide dalam buku itu, kemudian aku terbiasa ingin menguji dengan mengajak ngobrol, atau mengobservasi keadaan sekitar. Keberkahan paling besar adalah menemui orang-orang yang tidak hanya sanggup berbuat, tapi juga berfikir. Berfikir dari buku kemudian mengatakan dan mengujinya pada orang lain, bagiku adalah ujian yang selalu menarik, bagaimana buku kutangkap dan serap bagaimana paradigmanya, kuotak-atik untuk lalu dapat kuuji dengan orang yang tepat. Aku pernah berhasil merekayasa dengan cara ini untuk memecahkan masalah. Ku kira ini yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang yang telah hidup dalam ketidaksadarannya pada ritualitas dunia modern dimana semuanya seakan-akan serba telah pasti dan teratur.   Kemudian kebiasaan seperti ini kujalankan selama 7 tahun dan sementara ini kurasakan bahwa ada keberhasilan dan kekurangan. Secara subyektif aku meras...

Apa kau pernah merasa tertinggal?

Saat mendongak ke atas dan ke sekitar, saya seringkali merasa ditenggelamkan waktu. sengaja saya tarik beberapa kejadian masa lalu untuk didedahkan saat ini. hasilnya, semua ternyata berubah, situasi dan kondisi tidak pernah sama dengan masa lalu. arus zaman terus bergerak maju/progress dalam tiap detik, menit, jam, dan seterusnya. kemudian saya berfikir apa yang mungkin dan tepat untuk saya lakukan dalam situasi dan keadaan seperti saat ini? saat-saat yang saya rasakan sangat kompleks sehingga terkadang merasa menderita karena kanan-kiri yang saling mendesak. ada perasaan saya yang tertinggal di belakang. ada orang yang menyalahkan, ada orang yang membodoh-bodohkan sikap dan tindakan saya. hidup dalam cibiran, sesal dan keterbatasan materi. saya berharap inilah hidup dalam pendulum yang tengah bergerak mundur, sementara mereka sedang bergerak dalam pendulum maju. At Kamar, saat tengah musim penghujan,  Salatiga, Februari 2015

Analisa Kelas Baru dalam Sistem Komunis Soviet

Munculnya kelas baru dalam masyarakat komunis Soviet seperti tertuang dalam buku yang ditulis Milovan Djilas berjudul, " The New Class ; An Analysis of the Communist System" telah begitu menarik perhatian saya. Bagi saya buku ini seperti buku yang ditulis John Rees tentang jalannya revolusi Oktober 1917 di Rusia berjudul, "Ten Days That Shook The World" . Kedua buku tersebut bagi saya sama-sama begitu mendalam membedah Soviet pada saat itu. Perbedaaannya barangkali adalah soal titik fokus, Rees pada pergolakan revolusi, sementara Djilas pada paska revolusi.  Baiklah, saya ingin memfokuskan pada buku Djilas saja yang terbitan ketujunya dicetak pada tahun 1957 oleh Frederick A. Praeger, New York. Buku Djilas, adalah buku saku yang saya dapatkan dalam bentuk fotokopi. Saya telah membelinya beberapa tahun lalu, dan baru kali ini saya luangkan waktu untuk baca dan menarik informasi atasnya. Baiklah kita mulai! Pertama-tama dalam penulisan buku ini Djilas beran...

KAMI MENUNTUT MANAJEMEN PERUSAHAAN PMS MEMENUHI HAK-HAK KAMI!

Inilah saatnya kami berkumpul kembali merapatkan barisan perjuangan menuntut upah layak yang menjadi hak kami. Para buruh tertindas oleh sistim kerja tidak manusiawi yang diterapkan PT Pelangi Makmur Sentosa Dusun Tegalsari, Kembang, Ampel, Kab. Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Kami adalah laki-perempuan yang dari waktu ke waktu menagih janji perusahaan untuk memenuhi hak dasar Upah Minimum Kabupaten/Kota.  Hari ini 2 Februari 2016 kami menyatakan tidak gentar dan mundur selangkahpun dari gertakan  aparat dan semua pihak yang berdiri memihak manajemen perusahaan. Bahwa kami yang bekerja merasakan batas kesabar-narimo ini sudah saatnya diakhiri. Pihak pengusaha dan manajemen sudah waktunya ditagih janjinya dan tidak bisa terus menerus membodohi kami dengan bayaran yang tak pantas! Urat-urat tangan dan tenaga kami yang menyadarkan jika hanya dengan jalan mogok, demonstrasi seperti yang saat ini kami lakukanlah, maka proses penindasan perusahaan ini dapat sementara waktu...

Frame Berfikir Marxian

Marxisme mendakwa situasi sosial/lingkungan yang akan menentukan kesadaran seseorang. Ini menjadi kunci yang memudahkan kita dalam mengetahui frame berfikir seseorang. Semisal dalam lingkungan sosial yang serba cukup, tak kekurangan seorang pengusaha akan berfikir liberal dengan ciri individualis, dll. Hal yang sebaliknya terjadi di kalangan buruh dimana situasi kerja dan upah yang sedikit akan menjadi komunal. Yang menarik adalah, bagaimana apabila dalam situasi tertentu terjadi sesuatu yang sebaliknya, apabila petani tak bertanah justru berfikir liberal misalnya. Nah, penyimpangan itu disebut false consciousness. Ini yang menjadi pokok bahasan Frankfurt School seperti yang dibahas oleh Walter Benjamin, Theodore Adorno, Habermas, dkk. Mereka masing-masing mereinterpretasi gagasan Marx yang tidak melihat bahwa faktor budaya adalah sumber masalah/ pokok bahasan yang penting. Dari paparan dua paragraf di atas, kita menangkap tiga kata kunci yakni, determinasi lingkungan, fal...

Drama Hidup Buruh-buruh Tani Perempuan

 S eorang buruh tani perempuan tanya padaku di sore itu, "Mas Arif bawon [a] buat saya berapa? Saya sudah membantu sedari pagi tadi." ucapan petani itu sontak menggagetkanku. Saya yang merasa tidak tahu apa-apa tercengang. Saat itu, posisi saya adalah kebetulan menjadi sopir bagi ayah untuk mengangkut hasil panen dari lahan ke rumah. Untuk urusan bawon , atau berapa bagian upah dalam pekerjaan panen, saya jauh dari memahami, sebab saya bukan petani.   Ayahku bisa disebut tuan tanah di desa kami, yang juga kebetulan tengah berpanen. Kenapa petani perempuan itu menanyakan padaku, bisa saya pahami, kenapa menanyakan bawon ke saya. Saat itu ayah sudah pulang karena hujan lebat, di sawah tidak ada yang berhak ia tanyai selain aku anak ayah. Sayang saya tak mampu menjawabnya. Saya takut salah jawab. Yang menjadi pikiranku, secara budaya ucapan seperti itu hanya mungkin diungkapkan oleh mereka yang terjepit secara ekonomi. Mereka tidak mungkin berani bilang begitu dalam keadaa...

A Dystopian Society

Distopia! Kita terperangkap menuju distopia! Tanpa ampun karena ini menyengsarakan namun kita tidak mau keluar dan secara tak sadar tengah menikmati kemelut situasi distopis tersebut. Duduk santai, setelah bekerja 8 jam menikmati televisi -menonton kompetisi menyanyi sehingga terlupa bahwa hal itu sama sekali tak penting. Atau kita dengarkan ilmuwan yang nampak hebat karena berdebat keras untuk membahas suatu kasus yang jauh dari kehidupan pemirsanya. Ah, ini nampak membosankan, namun anehnya rutinitas itu dilakukan berulang-ulang...

Tentang Proses Menuliskan Apapun

Tentang menulis adalah hal yang sangat berat saya rasakan apabila tanpa teknik, tanpa konsep berpikir yang jelas, dan tanpa arah alur mau dibawa kemana. Kita tidak tahu harus memulai dari mana, akan dijalankan seperti apa, bagaimana teks dalam perjalanan dan kapan harus berhenti untuk mengukur keadaan sampai akhirnya mampu menarik semua dalam kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal. Ya, menulis adalah sebuah kerja yang perlu untuk kita sistematisasi dari awal. Ia adalah kerja terorganisir yang tidak bisa anarkis semaunya sendiri karena teks adalah jalinan yang mempunyai mekanisme tertentu. Sekali lagi, menulis perlu dimulai semenjak dari awal dengan suatu optimisme bahwa dalam menuliskan sesuatu itu bakal ada kemungkinan menemukan suatu keadaan yang baru. Menulis menjadi proses yang harus dimulai dengan mencari fakta dan data yang perlu untuk saling dibenturkan dengan hal-hal yang bertentangan sehingga terjadi suatu kemungkinan akan eksplorasi hal baru. Itulah kepuasan dalam menulis se...

Sejarah Riset di Indonesia

Penelitian sosial semarak lagi seiring perkembangan media digital serta tumbuhnya institusi percetakan, penerbitan dan sponsorship. Pun begitu, riset berbasis sosial ini menyisakan banyak kesangsian bagi perkembangan keilmuan sebab seringkali ia berhenti pada tahap riset untuk riset itu sendiri. Stagnansi ini tentu mengecewakan, karena disiplin keilmuan yang seharusnya strategis dan dinantikan kiprahnya di masyarakat justru terokupasi dan menghamba kepentingan prestise dan komersial. Alih-alih menjadi corong fungsi lembaga riset justru berhenti di depan pintu rekayasa sosial/ social engineering . Kegagalan lembaga-lembaga riset di tanah air yang mengambil nama-nama tokoh dengan membubuhi nama Institute atau semacamnya ini tentu saja mengundang kutuk di kancah masyarakat. Pengembangan ilmu, metode dengan pendekatan yang dengan susah payah dikembangkan untuk dilakukan aksi dan praktik kebenaran, ternyata hasilnya diserahkan kepada pihak-pihak yang membayar. Inilah periode yang dap...