Konsep Hidup dan Kapitalisme
Pemain sepakbola kita tidak memiliki konsep bermain yang jelas. Ini berbeda dengan tim luar negeri dimana kolektivitas bermain tim yang baik, sistematis, dll. -ucapan seorang komentator sepakbola Indonesia dalam final piala AFF 2016.
Kemudian aku terangsang untuk berfikir dengan apa yang dimaksud komentator tersebut, "konsep bermain" dan kucoba bandingkan dengan "kebiasaan strukturil". Yang kumaksudkan adalah sebuah pola, sistem, budaya atau struktur dimana individu hanyalah bagian saja dari semesta yang ia diami.
Sepenuhnya aku percaya dengan ucapan komentator itu, bahwa selama ini pemain kita terbiasa asal membuang bola ke depan dan berharap keberuntungan bola nyangkut pada teman. Kemudian juga kebiasaan menggiring bola dan menunjukkan skill individu, dan kebiasaan lain.
Bola adalah permainan yang menunjukkan gejala kulturil massa sehari-hari. Ia bak cermin kehidupan massa sehari-hari, yang kebanyakan hidup kemudian menunggu rangsangan datang saja. Kita tidak pernah berupaya mereka-reka seperti yang diungkapkan oleh van Peursen, untuk membuat "strategi kebudayaan".
Efek nyatanya adalah kita yang hidup dalam transisi mode produksi tanah ke mesin, kini masih terbelah dimana kebiasaan tak terkonsep masih akrab dijumpai sementara sebagian kecil orang sudah mulai hidup secara teratur dan mekanistik.
Dari konsep permainan dalam bola, kemudian aku berfikir tentang pentingnya mengatur aktivitasku sehari-hari, mencoba membuat prioritas, menghargai waktu, menepati janji, menyukai tantangan, berhemat, rasional dan lain hal. Bahwa selama ini yang kulakukan dalam hidup sama juga dengan permainan bola pemain indonesia yang belum terkonsep.
Hidup adalah memegang teguh sebuah konsep permainan. Kemudian menjalani setiap aktivitas mengejar itu, memanfaatkan sarana yang ada dan kesempatan yang dimiliki untuk mengejar goal tertentu.
Kini semua tengah dimulai dan aku akan mengawali ini dari besok. Menata kedisiplinan diri untuk patuh pada aturan-aturan untuk mengejar sebuah goal. Satu keyakinannku adalah aku bukan seorang bodoh, bahwa dengan pikiranku aku dapat mampu merubah sehingga semuanya akan indah.
Ketapang, 15 Desember 2016
Komentar
Posting Komentar