Relativisme Kultural : Anti-Marxis?
Seorang teman bercerita di warung kopi tentang keadaan lingkungan di lokasi isterinya yang beradat baginya 'nyeleneh'. Ia melamukan perbandingan dengan apa yang ia alami di desanya, baik soal adat menikah, mistik, bahkan beribadah. Dalam pikirannya, adat di rumah isterinya sangat kaku dan deso.
Kemudian aku berfikir juga tentang bagaimana Ruth Bennedict yang menulis tentang tradisi Jepang dimana samurai dan bunga seroja adalah sesuatu yang eksentrik, dimana tradisi dan simbolisasi ini merupakan sesuatu yang secara mikroskopis benar.
Dari dua orang ini aku menarik perbandingan bahwa, meskipun level akademisnya berbeda, mereka berdua mewakili tradisi relativisme kultural. Bahwa temanku yang menilai orang Wonogiri dan Bennedict yang memotret budaya Samurai, sama-sama memberikan penilaian tentang budaya tak dilihat dari bagaimana konteks ekopol yang berlaku di suatu wilayah.
Komentar
Posting Komentar