Manusia Goblok dan Realitas yang Membentuknya
Otak manusia diciptakan sama dengan yang lain dalam potensi berkembang dan kecerdasannya. Hanya saja, hidup telah menemukan kita dengan fakta jika ada manusia yang bodoh dan tidak sanggup untuk berfikir.
Kenyataan kondisi ini tentu sesuatu yang perlu bagi kita untuk mempertanyakan lebih lanjut, dalam kondisi seperti apa seorang manusia itu lahir dan berkembang.
Kalau boleh dipercaya bahwa keberadaan fasilitas yang menunjang bagi perkembangan seorang individu untuk mandiri adalah sesuatu yang mutlak bagi munculnya generasi yang cerdas, desa tentu kurang dari fasilitas macam tadi. Meskipun sarana-sarana kota ala barat kemudian telah diadopsi seperti dengan mulai masuknya listrik, teknologi dan semacamnya namun hal tersebut tidak menstimulasi kapasitas berfikir anak-anak desa.
Nah, kebodohan struktual ini bisa di dekati dari dua pendekatan. Pertama adalah pendekatan ala mazhab kritis dan kedua adalah pendekatan dengan corak materialis. Kedua paradigma ini adalah pilihan yang bisa jadi benar salah satu dan perlu kita pilih untuk mendapatkan jawaban beekenaan dengan sebab, asal-usul dan solusi dari fakta terjadinya kebodohan massal pada masyarakat desa.
Bagi para penganut model Althusserian atau marxist revisionis bisa jadi akan menjawab fenomena ini teejadi karena keberhasilan fedoalisme dan kapitalisme menghegemoni pemikiran rakyat. Mereka percaya jika kebudayaan kapitalis telah berhasil mengkoersi kesadaran massa. Yang lebih jelas, bagi penganut mazhab kritis bisa jadi akan berargumen apabila terjadinya kondisi rakyat bodoh itu karena ada ideological apparatus yang bekerja menyuntikkan kesadaran palsu ke massa.
Sanggahan Kaum Ortodoks
Bisa jadi bagi kaum marxis yang kurang setiti mengira bahwa argumen unconsciousness seperti dijelaskan Althusser, Miliband, dkk. itu seperti masuk akal. Namun, kalau kita selami lebih jauh, argumentasi tersebut adalah sesuatu yang idealis. Sebab, bagaimanapun rakyat tidak dapat menjadi bodoh apabila secara material prakondisi bagi terbebasnya pikiran dan pembebasan dari pembodohan itu telah kehidupan kaum proletar.
Argumentasi Budiman bagaimanapun saya kira lebih maju saat dia meneranglan bahwa kenapa rakyat bodoh? Sebab sistem ekonomi saat itu memang mustahil menumbuhkan budaya perlawanan termasuk apa yang kini kita kenal dengan kemampuan berfukir rasional.
Dengan kata lain, untuk lebih mudahnya menjelaskan asal-usul dan kebodohan di tingkatan masyarakat desa yang kini ada adalah telah menjadi suatu konsekuensi dari budaya feodal dimana budaya rasional dan kritis adalah sesuatu yang tidak dapat hadir.
Nah, dari analisa ini kemudian kita ambil rekomendasi praktis ke depan bahwasanya mendorong perubahan basis produksi yang lebih rasional adalah hal yang pertama-tama perlu dilakukan kalau mau rakyat pedesaan kita dapat berfikir lwbih rasional. []
Komentar
Posting Komentar