Drama Hidup Buruh-buruh Tani Perempuan

 Seorang buruh tani perempuan tanya padaku di sore itu, "Mas Arif bawon [a] buat saya berapa? Saya sudah membantu sedari pagi tadi." ucapan petani itu sontak menggagetkanku. Saya yang merasa tidak tahu apa-apa tercengang. Saat itu, posisi saya adalah kebetulan menjadi sopir bagi ayah untuk mengangkut hasil panen dari lahan ke rumah. Untuk urusan bawon, atau berapa bagian upah dalam pekerjaan panen, saya jauh dari memahami, sebab saya bukan petani.
 
Ayahku bisa disebut tuan tanah di desa kami, yang juga kebetulan tengah berpanen. Kenapa petani perempuan itu menanyakan padaku, bisa saya pahami, kenapa menanyakan bawon ke saya. Saat itu ayah sudah pulang karena hujan lebat, di sawah tidak ada yang berhak ia tanyai selain aku anak ayah. Sayang saya tak mampu menjawabnya. Saya takut salah jawab. Yang menjadi pikiranku, secara budaya ucapan seperti itu hanya mungkin diungkapkan oleh mereka yang terjepit secara ekonomi. Mereka tidak mungkin berani bilang begitu dalam keadaan normal, ungkapan itu sebuah kelancangan apabila tanpa sebab. 

Kemiskinan dan Ketimpangan di Sekitarku
Dalam beberapa rapat desa ayahku selalu menyinggung betapa gelagat kemiskinan akut semakin kentara di desa kami. Ia tidak menggunakan indeks ekonomi atau survey penghasilan dari satu ke satu keluarga tani. Ukuran ayah disimpulkannya sendiri dari jumlah bertambah banyaknya petani perempuan yang terjun pada saat musim panen. Dan menurut Ayah, kini mereka semakin rakus, saat ini para pengasak [b] itu berani meminta bagian dan mencuri  gabah.

Aku dan keluargaku hidup sangat akrab dengan para petani di desa. Selain karena ayah sendiri adalah petani, kami juga telah mendirikan organisasi petani bernama Paguyuban Petani Al-Barokah yang berisi kumpulan para petani yang menerapkan pertanian organik. Dari lima dusun di desa, hampir tiap dusun kami memiliki perwakilan kelompok tani. Fungsi organisasi ini, selain menyangkut fungsi politik juga ekonomi yakni mempermudah dalam penyerapan hasil petani setempat untuk dibeli dan dijualkan lagi keluar.

Walaupun telah berdiri organisasi yang berfokus pada penguatan petani, tidak semua petani dapat masuk dalam organisasi yang kami kelola. Harapan awalnya adalah mereka yang belum terorganisir ini ke depan dapat berkembang dan menyatu dalam organisasi kami. Karena banyak dari mereka yang sebetulnya sangat lemah dan butuh 'sosialisme kecil' dimana sudah sangat mendesak pentingnya organisasi yang menjadi pengayom dan penjamin kehidupan masyarakat tani. 

Berjalannya waktu, organisasi yang kami kelola mengarah pada gejala kelesuan dan hampir saja kemandegan. Beberapa indikasinya adalah sebagai berikut;
 
1. Terjadi monopoli kekuasaan di tangan segelintir elite tani, anggota merasakan gap/ jarak baik secara sosial atau struktural dengan para pendiri. 
2. Ketiadaan pelibatan dalam proses-proses pengambilan keputusan.  
3. Ketiadaan pembagian kerja yang jelas antar pengurus.
4. Tidak ada kontak antara organisasi dengan petani anggota, apalagi di luar anggota.
5. Feodalisme yang menokohkan golongan tua, justru menjadikan aparat organisasi bungkam sehingga forum menjadi kurang demokratis.

Ini adalah tantangan organisasi kami ke depan di tengah kemiskinan petani yang semakin akut. Organisasi tani maju dan modern adalah satu-satunya solusi agar dalam alam kekinian petani masih dapat hidup dan terus mengembangkan peradabannya. (AB)
________________
a. bawon adalah kembalian dari tenaga yang sudah diberikan oleh seorang buruh tani dari hasil kerja pada tuan tanah. Pembagiannya bermacam-ragam, namun umumnya dinilai dari kebutuhan hidup selama satu hari.
 
b. pengasak yaitu bentuk pekerjaan mengumpulkan sisa padi yang menempel pada jerami pada musim panen. Mengasak biasanya dilakukan oleh para perempuan desa. Mereka menggunakan alat tradisional berupa bilah bambu yang ia jadikan sebagai alat pemukul. Para pengasak biasanya adalah juga para penanam padi pada saat musim tanam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAMI MENUNTUT MANAJEMEN PERUSAHAAN PMS MEMENUHI HAK-HAK KAMI!

Sinopsis dan Renungan Drama Tragedi: Romeo and Juliet

Sinopsis Novel Victor Hugo : Si Bongkok dari Notre-Dame