Marxisme dan Refleksi Geopolitik Indonesia
Tiba-tiba ada keinginan menulis dengan judul ini. Keinginan menulis ini barangkali muncul oleh sebab kuhidup dalam lingkungan Mataram yang darat-sentris, sementara kubaru saja membuat ensiklopedia kelautan yang berjudul,"Ensiklopedia Maritim". Barangkali tulisan ini hanya refleksi yang tak punya bobot apapun atau pretensi tertentu. Saya hanya mengharap akan ada 'loncatan ide', dari tulisan ini.
Baiklah harus kita akui bahwa manusia Indonesia berasal dari dua garis yang berbeda seperti dikonsepkan oleh Alfred Wallace beberapa tahun lalu, yakni sebagian melayu dan sebagian austronesia. Satu hal bahwa kita berasal dari daratan yang kemudian pecah secara geografis dan kemudian membuat kita secara ide dan lain-lain berbeda.
Kemudian kondisi geografis ini tentu bukan sesuatu yang baik karena provinsi, bangsa atau lainnya membuat kita mudah diadu domba. Dengan alasan wilayah kita telah menjadi hitam dan putih yang tak bisa sama. Kenapa bangsa Indonesia juga ada bangsa Jawa, Papua, dll. Coba fikirkan dan kontraskan ini dengan tesa bahwa kita adalah archipelagic state yang bhineka tunggal ika. Fikirkan juga bahwa ini mungkin sekali akan menyanggah teori Renan atau Bennedict Anderson. Saya harus menolak karena saya percaya bahwa pada mulanya kita adalah satu secara geografis, namun kemudian karena gerakan lempeng/proses geologis manusia di bumi menjadi berbeda...
Kembali pada judul ini, saya ingin mempercayai bahwa pembangunan darat yang industrialis atau masih agraris adalah harus juga diikuti pembangunan laut. Harus diakui bahwa Jawa dan Soeharto telah membuat kita 'membunuh' laut. Saya tidak seperti Mahan yang percaya penguasaan laut atau lawannya yang percaya penguasaan darat. Bagiku pedalaman dan pesisir adalah potensi bagi kita menjadi negara besar kelak.
Nah, benang merah dan penataan sistem yang saling menguntungkan seperti apa yang mendukung kebijakan darat dan laut adalah pekerjaan rumah pemerintah dan jajaran birokrasinya. Perlu kita fikirkan soal ini, dan Jokowi hanya ada semangat, namun memediokrasi dua hal ini adalah tugas berat yang perlu diwujudkan tidak hanya dalam bingkai pencitraan tentang kebijakan menteri kelautan yang tegas, dan didarat penataan pertanian dan industri..
Komentar
Posting Komentar