Menjadi Radikal atau Nothing
Hari ini aku ke Ungaran dimana disana ada sebuah undangan dialog terbatas yang membahas sebuah kebinakan yang perlu kejelian. Seorang dosen di sebuah universitas katolik, seorang analis hukum, dan dari sebuah organisasi lingkungan hidup menjadi pembicara. Sementara itu, saya dan beberapa teman dari pegiat LSM adalah pendengar selain mahasiswa yang diwajibkan ikut dalam dialog tersebut.
Dialog tersebut membuatku sadar bahwa tuntutan petani atas tanah dan konflik yang muncul tidak mudah untuk dipecahkan. Sebuah kebijakan bisa berimplikasi perpecahan diantara pegiat agraria.
Bagi mereka di basis konflik tanah, jalan radikal adalah pilihan tepat. Penindasan yang dihadapi telah membukakan mata mereka betapa tidak ada jalan bagi kompromi. Sementara di daerah yang damai lebih memilih alternatif yang moderat. Sebuah kebijakan berusaha akan dimainkan, seperti mundur selangkah untuk maju beberapa langkah, meskipun hasil akhirnya lebih banyak mengecewakan. Sementara, sisanya adalah pendukung kebijakan pemerintah tersebut yang tentu akan menyakitkan bagi mereka yang mengambil posisi vis a vis.
Menjadi menarik untukku bahwa konflik adalah sesuatu yang harus dijalani karena keadaan menuntutnya. Meskipun alternatifnya harus dengan atau tanpa kekerasan. Dan prinsip berfikir dan keyakinan tersebut harus diyakini dengan sikap dan perbuatan. Seperti monopoli tanah oleh negara yang harus diakhiri dengan kebijakan pembagian tanah.
Di Tempat Kerja
Kesuksesan berbagai gerakan tani yang pantas dicatat nyaris tidak ada walaupun konflik yang melibatkan basis dengan pihak lain nampak di depan mata. Sementara organisasi ini tidak akan pernah menjadi lebih besar, karena ketidakpahaman atas apa yang dilakukan dan jalani tidak disadari dan pahami esensinya. Berbagai bidang telah dibentuk, namun yang menjadi tonggak justru dilupakan.
Apakah paham dengan Reforma Agraria, sementara menyalahkan bidang yang melihat upaya lobby adalah jalan penghianatan? Sementara akses yang permanen atas sumberdaya produksi terus diperjuangkan, kenapa menyalahkan yang benar lurus untuk menjadi bengkok.
Organisasi ini tidak akan pernah bisa besar, sementara dalam kerja-kerja tanpa pikiran. Kalau memang ingin mengenyahkan penindasan, kenapa membiarkan jalan yang dipakai musuh?
Dan entah bagaimana nanti bahwa bidang advokasi bagi petani adalah bidang paling menakutkan karena harus menyelesaikan pertentangan kepentingan antar pihak yang berbenturan kepentingan. Membela petani melawan tuan tanah, melawan negara, melawan pemodal, dan jangan sampai melawan diri sendiri (internal yang tidak solid).
Komentar
Posting Komentar