Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Krisis Ekonomi dan Potensi Aliansi Neo-Fasisme dan Golongan Kanan

Dalam susahnya memenuhi kebutuhan sekedar subsisten, propaganda-propaganda irasional disetel oleh kelompok fasis dan golongan kanan. Dengan isu menggebuk kiri yang sudah mati dihidupkan lagi seolah-olah mereka kembali eksis, menyelimut dan hendak menyerang keutuhan negara. Mereka adalah penjaga dan benteng nasional yang akan menghadang karena kiri hendak menyerang. Konyolnya, kiri yang mereka duga senyatanya nihil! Kalau toh ada, terserak dari kegagalan reformasi oleh kelas menengah pada tahun 1998 lalu.  Lantas, bagaimana menjelaskan geliat fasisme yang telah runtuh secara formal dengan dicabutnya dwi fungsi, tapi jejak dan tubuhnya masih kekar dan kembali ingin naik panggung. Adalah argumen Sosiolog Politik Duverger yang bisa kita catut bahwa tak banyak argumen rasional yang digunakan dalam fasisme untuk mengarsiteki segala ambisinya. Mereka hanya membutuhkan kepatuhan, ya siyap laksanakan! Berbeda dengan kiri yang sangat membutuhkan argumentasi untuk melakukan rasionalisasi...

Freud dan Penjelasan Insting Takut Mati

Dalam hidup kita, rasa terancam menjadi sesuatu yang lumrah dijauhi. Meskipun tak dapat dipungkiri masih ada golongan yang pemberani, namun proporsinya sangat kecil. Ketakutan kita pada polisi, bedil, kecelakaan lalu lintas, kerja, dan darah.  Adalah Sigmund Freud, seorang psikiater yang dikenal sebagai Bapak Psikologi menjelaskan bahwa mekanisme kepribadian manusia dihubungkan dengan insting takut mati. Ini bertolak belakang dari insting seksualitas dan agresi yang ia percayai ada dalam setiap kepribadian manusia. Bagi Freud alam bawah sadar manusia adalah lebih banyak daripada alam sadar, dan insting ini dapat kita fahami dari bekerjanya tiga lapisan kepribadian manusia yakni id, ego, dan super ego. 

Menjadi Radikal atau Nothing

Hari ini aku ke Ungaran dimana disana ada sebuah undangan dialog terbatas yang membahas sebuah kebinakan yang perlu kejelian. Seorang dosen di sebuah universitas katolik, seorang analis hukum, dan dari sebuah organisasi lingkungan hidup menjadi pembicara. Sementara itu, saya dan beberapa teman dari pegiat LSM adalah pendengar selain mahasiswa yang diwajibkan ikut dalam dialog tersebut. Dialog tersebut membuatku sadar bahwa tuntutan petani atas tanah dan konflik yang muncul tidak mudah untuk dipecahkan. Sebuah kebijakan bisa berimplikasi perpecahan diantara pegiat agraria. Bagi mereka di basis konflik tanah, jalan radikal adalah pilihan tepat. Penindasan yang dihadapi telah membukakan mata mereka betapa tidak ada jalan bagi kompromi. Sementara di daerah yang damai lebih memilih alternatif yang moderat. Sebuah kebijakan berusaha akan dimainkan, seperti mundur selangkah untuk maju beberapa langkah, meskipun hasil akhirnya lebih banyak mengecewakan. Sementara, sisanya adalah pendukung ke...

Ibu adalah pohon rapuh

Ibu adalah pohon tua yang mencoba tumbuh lagi dalam rapuh yang datang Ibu adalah mesin tua yang coba diperbaiki dengan onderdil tua Ibu adalah lilin yang berharap terus menyala di perempat akhir batang Ibu adalah ranting  yang digerogoti ngengat dan renik dan mencoba tetap lekat di pohon Tapi harapanku kau tak jatuh dan tuhan mendengarkan pintaku sehingga menurunkan keajaibannya Ketapang, 13 Mei 2017