Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Nocturno Perpisahan

Gambar
source image Asmaramu adalah pisau penebas   darahku mengucur deras bergelas perih luka kuberlari lekas-lekas menjauhi wajahmu, mengubur cintamu! kukenang yang bisa dikenang separuh perjalanan kita yang kini tinggal sisa menunggu binasa Oo perawan segalanya rawan sebab air mulai berjatuhan dari pelukan awan Kekasih, selamat tinggal peluklah hangat tubuhku selagi pisah hujani seribu manis di bibir wajah nasib asmara kita tengah karam waktu akhir detik berakhir. Salatiga, 18/12/2015

Everest: After the Rain Falls (Part I)

Gambar
Desember sore menyuguhkan tanah yang becek dan basah. Hujan turun semenjak pagi hingga malam tanpa henti. Udara tipis menyentuh sisi kulit, menyayat dan menembusi relung tulang. Orang-orang memilih mengurung diri di dalam kamar, berselimut tebal meghangatkan diri disinar lampu neon. Sementara kita tengah berbincang di pendapa sore itu. Setelah Mbok Ni membuatkan dua gelas teh hangat di cangkir tanah.  "Mount Everest! Apa yang mengharuskanmu melakukan pendakian ke tempat itu?" Hafidz membuka pembicaraan. "Nepal. Kalau ingin ke luar negeri aku ingin ke Nepal. Tidak ada yang kutakutkan di dunia ini. Dan Everest seperti kau tahu, tidak hanya gunung tertinggi. Everest bagiku kemegahan dan sakral seperti Mecca bagimu" balas Ridwan. "Kau tidak takut mati?" "Tidak". "Setidaknya akan kuceritakan pada anak-anakku kelak, bahwa kau temanku paling gagah berani". Ridwan telah menjadi anak terakhir dan paling bandel dari keluarga T...